Wednesday, July 30, 2014

Jatuh dan Mengalirlah

Jatuhlah kau,hai airmataku..
Mengalirlah kau,hai airmataku..
Tinggalkanlah jejak-jejakmu dipipiku..
Merah padamkanlah bola mataku..
Merah meronakanlah ujung hidungku..
Biarlah nafasku terdengar kasar dan susah..
Biarlah seluruh tubuhku menghentak-hentak mengiring jalanmu,hai airmata..
Biar gelap malam ini mengetahui aku lagi menangis..
Biar pekiknya kesunyian mendengar sedu sedanku..
Biar tembok-tembok gelap ini mendekatkan telinganya mendengar suara tertahan ini..
Biar suara kasar dari indra penciumanku beradu keras dengan denting jam dinding..
Biar..biar seluruh benda mati menjadi hidup untuk mendengarkan suara tangisan ini..

Jatuhlah kau,hai airmataku..
Mengalirlah kau,hai airmataku..
Bila itu bisa membayar segalanya..
Membayar segala rasa rindu ini..
Membayar rasa kecewa ini..
Membayar rasa cinta ini..
Membayar rasa benci ini..
Membayar rasa takut ini..
Membayar segala rasaku..
Biarkan mereka menerka-nerka alasan mengalirnya dirimu..
Biarkan mereka mencari tahu penyebab turunnya dirimu..
Biar mereka melihat diriku..
Biar mereka memalingkan wajahnya melihatku..
Biar mereka mau menghapusmu dari pipiku..
Meskipun bantalku yang selalu melakukannya..
Biar..biarlah engkau jatuh dan mengalir,hai airmataku..

Tuesday, July 29, 2014

Antara Ada dan Tiada

Judulnya copy paste dari judul lagu. Hehehe..sorry. Sa kurang mahir sudah,membuat judul-judulan. Mana enaknya aja menurut sa pu pikiran. Eh.eh..kok sa pu gaya bicara begini sampe. Nah..kaan..kaan... Sa tinggal di Sumatera su lama (kayak harimau Sumatera aje) tapi sa pu gaya bicara seperti Papua sudah. Noh kan?!!? Ok.ok teserah dah sa mau gimana bicaranya,kitong kembali ke lap... *ehh kembali ke permasalahannya. Emang ada masalah yaa?? Hoy! Hoy! Penulis! Yang jelas dikit naposeh???? Ok.ok..sa serius sudah.

Ini sa pu cerita sedikit aneh sudah. Bukan aneh-aneh juga sih. Sa su biasa dengan cerita beginian,tapi yang baca (kalo ada yang baca hihihi) biasa juga kek-nya. Hohoho. Ngalor ngidul sudah. Ini cerita bertepatan hari ini juga. Hari disaat sa nulis nih blog.

Nah..sudah dua hari ini sa pu kesehatan drop sedikit. Jadi sa curhat. Loh?? Haahaha.. Sa susah serius sekarang. Erghhh...OMG Heellooowww!!!! *Sisi GGS punya gaya* Seriusan dikit keuleus!! Ok,sip!!

Trus kan,karena sa lagi kurang sehat nih hari jadi sa jaga kios sedikit ogah-ogahan. Sa pu perut sedikit bergejolak. Sa pu kepala minta diketok-ketok seperti las ketok. Pokoke kondisi yang sa tra suka. Jadi sa minta undur diri dari tuh kios untuk ganti shift. Sa tereak sudah sama sa pu kakak. Dia enak-enak nonton sambil telpon-telpon ntah siapa. Akhh..lemon ini sa pikir. Dia tipu-tipu sa pura-pura sibuk. Urat perut makin senut-senut hingga akhirnya naik ke ubun-ubun. "Gantian jaga nih kios. Aku mau ke kamar mandi!" sa tereak sudah. Eh.eh dia malah melototin matanya ke saya. Sa balas melotot sudah. Kita berdua lotot-lototan kek orang paok. Bibirnya komat-kamit ke saya seperti baca mantra. Dengan mata yang ala kadarnya yang nyaris minus empat,sa coba artikan tuh bibir yang komat-kamit. Akhirnya sa tau kalo yang nelpon itu si mami.
Sa pasrah sudah. Sedikit menunggu dengan perut yang mulai bersamba ria didalam. Untung saja Renny Nennen datang menggantikan posisi sa. Sa masuk ke rumah tapi tiba-tiba sa pu langlah terhenti sejenak karena sa penasaran sama cerita si mami lewat telpon tadi.

Si kakak menceritakan cerita si mami kalau ada sedikit kejanggalan dari proses perenovasian rumah si Boru Panggoaran. Ceritanya,ada tiang ditengah rumah itu yang harus dibangun tapi selalu tra bisa. Tra bisanya,setelah dicor tumbang lagi berangsur-angsur sampai kesekian kali. Akhirnya tuh tukang jadi tra mengerjain tuh tiang lagi. Nah,si abang ipar punya inisiatif sendiri. Dia ketok-ketok itu sekat yang ditengah dan.....ang..ing..eng..sekat itu runtuh nimpah dia. Dia sakit akhirnya yang menurut medis sakit Cikungunya. *hubungannya dimana yaa?? Dan tuh tiang sampe hari ini tra bisa dikerjain.

Nah..si mami penasaran dengan itu. Si mami bukan percaya takhayul tapi dia percaya kuasa Tuhan yang diberikan ke orang-orang tertentu. Kami berdua disuruh ke rumah si Uwak. Nih...Uwak bukan sembarang Uwak. Nih Uwak kuat sampe. Umurnya udah 114 tahun tapi tampang masih 80-an,trus masih kuat mencangkul,ngangon lembu,dorong angkong penuh,ga pikun,ngomong masih jelas,dll.

Walhasil,kami sampe ke rumah si Uwak. Berintro ria sebelum ke pokok cerita. Setelah diceritain tuh cerita yang diatas oleh si mami lewat telpon (si Uwak masih jelas menelepon), si Uwak cuma ketawa sambil ngomong "pasti gak permisi sama bapaknya kan?" Jleb! Nusuk bingits tuh kata-kata si Uwak.

Ayak gua tuh orangnya paling senang sama yang namanya Perhatian. Sampe-sampe dia udah ga di dunia ini lagi pun,dia harus tetap diperhatikan. Ciiuuss loh. Nah..kami anak-anaknya kalau ada rencana apa-apa kudu ijin dulu sama si Ayak. Ya,tetap duluan ijin sama Yang Diatas lah. Tapi wajib kudu ga bisa kagak harus ijin sama si Ayak. Hmm..sa jadi teringat lagi sama kata-kata si Uwak, "Dia itu gak mati.." yang mungkin ga ditangkap telinga si kakak. Iya..dia gak mati didalam hati kami. Yaa..antara ada dan tiada. Dia tidak pergi tapi tidak disini.

Hooaaammm...nyaris tengah malam. Sa sudahi dulu yee.. Nanti ceritanya jadi ga nyambung sama yang cerita yang diatas kalo diterusin sampe lewat jam 23.59. Ok.ok..caps yuukk..

Saturday, June 28, 2014

Dimanakah perbedaannya

Apakah perbedaan ekspetasi dan harapan?
Manakah yang lebih baik kita lakukan? Berekspetasikah? Berharapkah?
Atau tidak dua-duanya?
Dan apakah perbedaan antara kebutuhan dan keinginan?
Mereka mengatakan kalau kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi.
Jadi keinginan bagaimana?
Atau keinginan adalah kebutuhan yang tidak pada waktunya?
Ekspetasiku adalah apa yang kuinginkan, berarti itu salah?
Dan benarkah harapanku adalah apa yang kubutuhkan?
Atau dimanakah perbedaan keduanya?
Aku pernah membaca bahkan menulisnya, PENGHARAPAN TIDAK MENGECEWAKAN.
Benarkah itu?
Berarti ekspetasilah yang mengecewakan.
Kalau begitu segala keinginanku akan menghasilkan kekecewaan?
Kalau boleh jujur,segala hal yang aku inginkan saat aku berekspetasi selalu menghasilkan kekecewaan.
Semuanya berbanding terbalik dengan kenyataan, seperti yang aku tulis di socmedku.
Tapi,tak bolehkah aku berkeinginan?
Tak bolehkah aku berekspetasi? Benarkah begitu?

Thursday, June 26, 2014

Kau Bisa Pergi Sekarang, Ayah..



Lima tahun pertamaku,aku baru merasakan seperti apa sebenarnya kebebasan itu..
Saat angin bertiup di wajahku kala aku mengayuh sepedaku..
Dia berjalan tepat di sampingku..
Tangannya berpegangan pada kursi sepedaku..
Kemudian aku menarik napas dalam-dalam dan berteriak saat aku menuju jalan..
"Kau bisa pergi sekarang , Ayah. Kau bisa melepaskanku.
Oh , aku pikir aku sudah siap untuk melakukan hal ini dengan sendiri..
Ini masih sedikit menakutkan tapi aku ingin kau tahu,
Aku akan baik-baik saja sekarang , Ayah.. Kau bisa melepaskanku."

Aku berdiri di altar di antara dua cinta dalam hidupku..
Untuk yang satu aku sudah menjadi seorang putri..
Untuk yang satu  aku akan akan menjadi seorang istri..
Ketika sang pendeta bertanya," Siapa yang memberikan perempuan ini ? "
Mata Ayah penuh dengan air mata. Dia terus memegang erat-erat lenganku..
Sampai aku berbisik di telinganya,
"Kau bisa pergi sekarang , Ayah. Kau bisa melepaskanku.
Oh , aku pikir aku sudah siap untuk melakukan hal ini dengan sendiri..
Ini masih sedikit menakutkan tapi aku ingin kau tahu,
Aku akan baik-baik saja sekarang , Ayah.. Kau bisa melepaskanku."

Itu seperti membunuhku ketika aku melihat orang terkuat yang pernah aku tahu yang tanpa berbuat apa-apa di kamar rumah sakit..
"Kau tahu dia hanya bertahan untuk Anda", itulah yang perawat katakan padaku pada malam hari..
Suara dan hatiku hancur mendengarnya..
Aku merangkak ke tempat tidurnya , dan berkata,
"Kau bisa pergi sekarang , Ayah. Kau bisa melepaskanku.
Gadis kecilmu sudah siap untuk melakukan hal ini dengan sendiri.. 

Ini masih sedikit menakutkan tapi aku ingin kau tahu,
Aku akan baik-baik saja sekarang , Ayah.. Kau bisa melepaskanku..
Kau bisa melepaskanku. Kau bisa melepaskanku."



Template by:

Free Blog Templates