Friday, February 17, 2017

Rindu Tak Bertuan

Ini sepenggal cerita rindu. Rindu yang sebenarnya aku tak pahami artinya. Rindu yang ntah untuk siapa. Rindu yang tak aku tau karena apa. Tapi rindu ini ada. Rindu ini menjelma ntah seperti apa. Aku bisa merasakannya tapi tak mampu mengungkapkannya.
Detak jantungku bernada rindu. Aliran darahku membawa rindu. Hembusan nafasku mengiringi rindu. Jadi bisa dipahamikan kapan rindu ini akan berhenti?
Namun, bolehkah aku jujur? Rindu ini sangat tak kuharapkan. Bukan rindu seperti ini yang kumau. Rindu tak bertuan. Rindu tanpa tujuan. Ataupun tujuan yang tak bisa direngkuh. Rindu ini menyakitkan. Rindu ini memiliki rasa perih. Aku tak menyukai rindu ini.
Melarikan dari rindu ini bukan pilihan. Karena ntah kekuatan seperti apa yang mampu menyeretku kembali pada rindu ini. Bertahan pun bukan pilihan yang masuk akal. Ada harga mahal untuk itu. Hatiku teriris pelan. Awalnya tak terasa dan kasat mata namun pada akhirnya tak berbentuk luar biasa. Taruhannya hatiku,hai manusia..!!
Aku sudah lelah dengan rindu tak bertuan ini. Berhentilah disini,rinduku yang tak terengkuh. Beralih ke hati lain saja,hai rindu. Jujurku, kau diluar batas kemampuanku untuk mengendalikanmu. Kau rindu yang berjalan dijalan yang salah. Dan semua akan sia-sia diujungnya nanti. Berbelas kasihlah padaku. Untuk kehidupan saat ini maupun diakan datang.
Pergilah,Rindu Tak Bertuanku.

Monday, November 14, 2016

Dia

"Kenapa password hp ny 2308?" 😣😕 || "Gpp.." 😊😊 || "Ulang tahun siapa itu? 😐" || *pletak!*💥 || "Itu tgl pertama x aku mencarimu... 23 Agustus.." || "Iyakah?" *pura² paok, pdahal udh kalah malu😅" || "Unang mardosai ho,anggi.."😄😠 || 😳😳

Sejujurnya aku gak ngeh sama angka² itu... dan mencoba sok cemburu...😅😅😅 Dia, seorang yang workaholic, yang total tidak romantis sama sekali, ternyata bisa melow gitu...😂😅

Menjadi bagian jalan cerita hidupnya adalah hal luar biasa. Tidak ada saling memaksakan diri agar terlihat sempurna satu sama lain. Hanya ada usaha agar lebih baik lagi kedepannya. Tidak ada pesan singkat tiap jam yang bertanya "Lagi apa,sayang?", "Udah makan,sayang?", "Udah mandi,sayang?", "Bla bla bla,sayang..". Tapi hanya ada "Dek,buatkan nasiku", "Dek,kayaknya perlengkapanku sudah habis. Temani belanja", "Dek,mana yang cocok jas ini samaku?", "Dek,masak apa hari ini?", "Dek,banyak celanaku yg bermasalah..", "Bg, adek butuh ini..", "Bg, bantu adek buat ini..", "Dek, gimana kalau begini? Kalau begitu? Iyakan..kek gini aja yaa..kek gitu aja yaa..". Tidak ada gombalan. Tidak ada rayuan. Tapi bagaimana dia membuat aku benar-benar jadi bagian hidupnya. Yang kualitas hidupnya benar-benar berkurang jika aku tak ada.

Tak ada kalimat yang lebih romantis dari "Yaudah gapapa kebesaran dikit..Nanti kalau udah nikah aku pasti gemuk..", "Ambil yang ini aja, kalau anak kita tardidi masih bagus dipake.."😍
Dia yang mengajarkan untuk mempersiapkan masa depan. Mengajarkan bagaimana bertahan disaat sulit. Dan mengajarkan bertanggungjawab dalam hidup. Yang tidak terbuai dengan pujian. Yang tidak langsung termakan oleh rayuan. Tidak berusaha untuk saling memonopoli, namun bagaimana untuk tetap saling memiliki. Yang paling penting, tidak cepat menyerah dalam situasi genting bagaimanapun. Tepat seperti ajaran orangtuaku kepadaku.

Gombalan termanis, yang sebenarnya ini adalah pengakuan, yang pernah aku terima ketika dia bercerita "Saat situasiku benar benar tak mendukung, bagaimana aku dipermainkan, aku berdoa sama Tuhan dan buat perhitungan padaNya 'Tunjukkan padaku seorang wanita yang mau menerimaku dgn tulus, atau aku akan meninggalkan semua pelayananku dirumahMu ini'. Dan tepat 1 minggu setelah itu,, aku jumpa denganmu. Kau tau? Kau adalah jawaban doaku."
Tidakkah itu sangat manis? Ketika kita adalah jawaban doa seseorang? Ini adalah sebuah tanggungjawab baru untukku.

Kesalahan-kesalahan yang pernah kita perbuat, kita belajar agar itu tidak menjadi batu sandungan kedepannya. Menjadikan kesalahan itu sebuah pelajaran, hal mana yang tidak perlu diulangi lagi dalam hidup. Dan meninggalkannya jauh kebelakang. "Ini tentang masa depan kita, anggi". Begitu katanya.

Monday, August 22, 2016

PRIA 23 AGUSTUS


23 Agustus, saat segala kerumitan menjadi menu utama untuk mengawali hari dan mengakhiri hari. Namun harga yang didapatkan cukup memuaskan. Tapi,mungkin berbeda menurut pria disudut sana. Pria dengan sisiran rapi, yang memiliki belahan didagunya, tulang pipi yang kokoh, dan ditutup dengan pandangannya yang sangat serius. Kemeja lengan panjangnya digulung hingga siku, namun aku bisa melilhat otot kuat dibaliknya. Aku bisa menangkap kegelisahannya. Sesekali pandangan kami bertemu, namun aku terlalu lihai mengalihkannya. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang bercokol didalam kepalanya dan aku berusaha memangkas rasa penasaranku yang mulai tak tau arah. Bodohnya, aku pun mulai menerka-nerka. Tapi, aku layak membela diri untuk ini karena pupil matanya mengikuti setiap gerakan tubuhku. Punggungku sesekali menghangat seakan aku menanamkan sensor didalamnya. Hingga dia mulai tak acuh dengan sekitar dan dia terlihat sangat tertarik dengan telepon genggamnya.
Waktu sudah maju beberapa jam, namun kerumitan disini belum juga terselesaikan. Dan sebuah suara kecil dari telepon genggamku mengalihkanku sejenak. Yang kusaksikan disitu cukup membuat kerutan dikeningku sangat dalam dan bola mataku membesar. Dia? Dia yang tadi kan? Keherananku disempurnakan oleh senyuman dan tawa kecilku.
Langkah yang sangat berani. Dia melakukannya dengan yakin. Seakan-akan dia menaiki 5 anak tangga sekaligus. Keesokkan harinya dia menaiki 5 anak tangga yang lainnya. Selanjutnya dia menaiki 10 anak tangga dengan kemantapan yang luar biasa. Dia melakukanya penuh dengan rasa hormat.
23 Agustus, dia bermain dengan keberuntungannya. Tanpa ada campur tangan dari mana saja, kecuali Dewi Keberuntungannya. Benar-benar murni hasil usaha yang luar biasa. Langkah pasti tanpa melupakan etika dan rasa hormat. Tak mudah dia menemukanku dengan bermodalkan sepenggal nama. Sesekali dia salah sasaran. Sesekali dia kehabisan kata kunci. Sesekali juga dia terlihat gusar melihat saudara laki-lakiku yang dia terka sebagai pasanganku. Sebenarnya dia tak perlu melewati ini semua, mengingat kami banyak mengenal orang yang sama. Pertanyaan 23 Agustusku terjawab sudah. Dan aku adalah jawabannya, biarkan aku memuji diri sedikit.
Pria 23 Agustusku, yang mengajariku bertanggungjawab untuk setiap pilihan yang aku buat.

Sunday, August 21, 2016

Pria Gusarku

Menjelang senja saat siang dan malam bertemu tatap muka, dia bercerita denganku...
Dia, seseorang yang tingkat kegusarannya diatas rata-rata. Kegusaran yang sebenarnya adalah kekonyolan yang selalu berhasil tepat sasaran mengaduk-aduk geli isi perutmu. Kegusaran yang sebenarnya adalah kejujuran akan pengakuan rasa.
"Kita bukan baru saling melihat rupa, bukan juga baru mengenal. Kalau boleh sedikit hiperbola, nyaris setengah dari usiaku aku habiskan dengan melihatmu disekitarku. Namun kenapa baru belakangan ini kita seperti ini?", tanyaku sedikit menantang.
"Itu semua bukan mutlak kesalahanku sepenuhnya", sangkal tanpa basa basi.
"Haa...kau kelihatan seperti kehilangan garis startmu selama ini", jawabku sedikit tak selera.
"Bukan. Kita sebut saja aku mundur dari garis startku", aroma kegusaran mulai dapat aku curi dari setiap jeda ucapannya.
"Kau tau? Sesekali aku suka mendengarkan penjelasan akan suatu hal dan aku sedang memiliki sedikit waktu untuk itu. Kita sebut saja aku penasaran", balasku dengan sedikit nakal berharap dapat menjinakkan kegusaran pria dihadapanku ini.
"Dia, sebut saja namanya Mega, kira-kira beberapa tahun yang lalu mengatakan bahwa kau masih SMA. Dan aku sedang tidak berencana terlibat cinta monyet, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aku mencari pendamping mengingat usiaku yang tiap detik terus merangkak naik", kegusaran itu sudah tak bisa disangkal lagi. Pelipis pria ini sedikit berkedut bahwa dia serius.
Maka tawaku mulai memekakkan telinganya saat itu juga. Binar matanya kali ini benar-benar menggelikan.
"Dengan usiamu yang sekarang, aku pantas menertawaimu untuk kepercayaanmu akan suatu pernyataan yang kebenarannya masih sangat diragukan. Sepertinya sikap tulusmu sedikit merepotkanmu yaa?", wajahku memerah karena tawa ini.
"Kau senang melakukan ini padaku", jawabnya sambil bersandar malas.
"Taruhan, pasti kau bertanya pada mereka yang notabene bukan orang yang punya andil dihidupku?", selidikku dengan kegelian yang terpancar dari binar mataku.
"Ntahlah. Tapi berita baiknya, kau hadir dijalan cerita hidupku tepat setelah aku berlutut dan berbincang-bincang dengan Tuhanku. Dan Dia sedikit berbelas kasih padaku dengan membawamu telat dihadapanku sekarang", kegusaran tadi sudah menguap tanpa jejak. Binar yang aku sudah hafal itu muncul lagi.
Ya, dia pria gusar konyol yang selalu punya alasan untuk bersyukur dan mengasihi.

M.C.S
Pria Gusarku
21st August,2016

Sunday, May 8, 2016

Diambang Batas Rengkuh

Aku takut.. ketika aku berhasil menjauh dari pusaran hidupmu. Senyummu akan mengkerutkan diriku. Pelukanmu menolakku hingga terlempar dari sandaran bahumu. Hingga batas semakin menjulang dihadapan kita masing-masing.
Aku takut menjauh darimu tapi kakiku seakan lebih paham dimana dia berada.
Saat kedua mata membuta seketika. Saat kedua telinga kehilangan fungsi yang sebenarnya. Saat hati lupa tugas utamanya. Seakan mereka semua telah dibawah medan arusmu. Hanya kaki..hanya kaki yang akan menyeretku pergi..
Tak perduli kedua bola mata akan menitikkan darah. Tak perduli kedua telinga akan memecahkan diri. Tak perduli hati tersobek hingga tak berbentuk.
Aku takut...takut saat ketiadaan dirimu adalah hal yang menyenangkan. Takut ketika aku bisa pergi sesuka hatiku. Takut bisa tertawa lepas tanpa bongkahan awan gelap menutupi. Aku takut terbiasa tanpa dirimu.
Aku takut...takut kamu akan menangisiku yang telah jauh terlempar dari lintasan orbitmu. Melihatmu menggumamkan kalimat penyesalan akan membuatku menjadi pongah. Jari-jarimu akan gemetar saat ingin merengkuhku. Lututmu seakan meleleh dibakar amarahmu yang melihatku semakin jauh berlari. Setiap sendimu menolak bekerja sama dengan sendi yang lain. Dinginnya malam akan mencekikmu saat bayangan kehangatan pelukku berlalu-lalang disetiap katub-katub jantungmu.
Aku takut, Nay... Aku takut berada dibatas rengkuhmu. Hancurkan pembatas yang telah kubangun. Rengkuh aku. Dekap erat. Aku takut kamu menangis.

M.C.S
May 8th,2016

Wednesday, July 30, 2014

Jatuh dan Mengalirlah

Jatuhlah kau,hai airmataku..
Mengalirlah kau,hai airmataku..
Tinggalkanlah jejak-jejakmu dipipiku..
Merah padamkanlah bola mataku..
Merah meronakanlah ujung hidungku..
Biarlah nafasku terdengar kasar dan susah..
Biarlah seluruh tubuhku menghentak-hentak mengiring jalanmu,hai airmata..
Biar gelap malam ini mengetahui aku lagi menangis..
Biar pekiknya kesunyian mendengar sedu sedanku..
Biar tembok-tembok gelap ini mendekatkan telinganya mendengar suara tertahan ini..
Biar suara kasar dari indra penciumanku beradu keras dengan denting jam dinding..
Biar..biar seluruh benda mati menjadi hidup untuk mendengarkan suara tangisan ini..

Jatuhlah kau,hai airmataku..
Mengalirlah kau,hai airmataku..
Bila itu bisa membayar segalanya..
Membayar segala rasa rindu ini..
Membayar rasa kecewa ini..
Membayar rasa cinta ini..
Membayar rasa benci ini..
Membayar rasa takut ini..
Membayar segala rasaku..
Biarkan mereka menerka-nerka alasan mengalirnya dirimu..
Biarkan mereka mencari tahu penyebab turunnya dirimu..
Biar mereka melihat diriku..
Biar mereka memalingkan wajahnya melihatku..
Biar mereka mau menghapusmu dari pipiku..
Meskipun bantalku yang selalu melakukannya..
Biar..biarlah engkau jatuh dan mengalir,hai airmataku..

Tuesday, July 29, 2014

Antara Ada dan Tiada

Judulnya copy paste dari judul lagu. Hehehe..sorry. Sa kurang mahir sudah,membuat judul-judulan. Mana enaknya aja menurut sa pu pikiran. Eh.eh..kok sa pu gaya bicara begini sampe. Nah..kaan..kaan... Sa tinggal di Sumatera su lama (kayak harimau Sumatera aje) tapi sa pu gaya bicara seperti Papua sudah. Noh kan?!!? Ok.ok teserah dah sa mau gimana bicaranya,kitong kembali ke lap... *ehh kembali ke permasalahannya. Emang ada masalah yaa?? Hoy! Hoy! Penulis! Yang jelas dikit naposeh???? Ok.ok..sa serius sudah.

Ini sa pu cerita sedikit aneh sudah. Bukan aneh-aneh juga sih. Sa su biasa dengan cerita beginian,tapi yang baca (kalo ada yang baca hihihi) biasa juga kek-nya. Hohoho. Ngalor ngidul sudah. Ini cerita bertepatan hari ini juga. Hari disaat sa nulis nih blog.

Nah..sudah dua hari ini sa pu kesehatan drop sedikit. Jadi sa curhat. Loh?? Haahaha.. Sa susah serius sekarang. Erghhh...OMG Heellooowww!!!! *Sisi GGS punya gaya* Seriusan dikit keuleus!! Ok,sip!!

Trus kan,karena sa lagi kurang sehat nih hari jadi sa jaga kios sedikit ogah-ogahan. Sa pu perut sedikit bergejolak. Sa pu kepala minta diketok-ketok seperti las ketok. Pokoke kondisi yang sa tra suka. Jadi sa minta undur diri dari tuh kios untuk ganti shift. Sa tereak sudah sama sa pu kakak. Dia enak-enak nonton sambil telpon-telpon ntah siapa. Akhh..lemon ini sa pikir. Dia tipu-tipu sa pura-pura sibuk. Urat perut makin senut-senut hingga akhirnya naik ke ubun-ubun. "Gantian jaga nih kios. Aku mau ke kamar mandi!" sa tereak sudah. Eh.eh dia malah melototin matanya ke saya. Sa balas melotot sudah. Kita berdua lotot-lototan kek orang paok. Bibirnya komat-kamit ke saya seperti baca mantra. Dengan mata yang ala kadarnya yang nyaris minus empat,sa coba artikan tuh bibir yang komat-kamit. Akhirnya sa tau kalo yang nelpon itu si mami.
Sa pasrah sudah. Sedikit menunggu dengan perut yang mulai bersamba ria didalam. Untung saja Renny Nennen datang menggantikan posisi sa. Sa masuk ke rumah tapi tiba-tiba sa pu langlah terhenti sejenak karena sa penasaran sama cerita si mami lewat telpon tadi.

Si kakak menceritakan cerita si mami kalau ada sedikit kejanggalan dari proses perenovasian rumah si Boru Panggoaran. Ceritanya,ada tiang ditengah rumah itu yang harus dibangun tapi selalu tra bisa. Tra bisanya,setelah dicor tumbang lagi berangsur-angsur sampai kesekian kali. Akhirnya tuh tukang jadi tra mengerjain tuh tiang lagi. Nah,si abang ipar punya inisiatif sendiri. Dia ketok-ketok itu sekat yang ditengah dan.....ang..ing..eng..sekat itu runtuh nimpah dia. Dia sakit akhirnya yang menurut medis sakit Cikungunya. *hubungannya dimana yaa?? Dan tuh tiang sampe hari ini tra bisa dikerjain.

Nah..si mami penasaran dengan itu. Si mami bukan percaya takhayul tapi dia percaya kuasa Tuhan yang diberikan ke orang-orang tertentu. Kami berdua disuruh ke rumah si Uwak. Nih...Uwak bukan sembarang Uwak. Nih Uwak kuat sampe. Umurnya udah 114 tahun tapi tampang masih 80-an,trus masih kuat mencangkul,ngangon lembu,dorong angkong penuh,ga pikun,ngomong masih jelas,dll.

Walhasil,kami sampe ke rumah si Uwak. Berintro ria sebelum ke pokok cerita. Setelah diceritain tuh cerita yang diatas oleh si mami lewat telpon (si Uwak masih jelas menelepon), si Uwak cuma ketawa sambil ngomong "pasti gak permisi sama bapaknya kan?" Jleb! Nusuk bingits tuh kata-kata si Uwak.

Ayak gua tuh orangnya paling senang sama yang namanya Perhatian. Sampe-sampe dia udah ga di dunia ini lagi pun,dia harus tetap diperhatikan. Ciiuuss loh. Nah..kami anak-anaknya kalau ada rencana apa-apa kudu ijin dulu sama si Ayak. Ya,tetap duluan ijin sama Yang Diatas lah. Tapi wajib kudu ga bisa kagak harus ijin sama si Ayak. Hmm..sa jadi teringat lagi sama kata-kata si Uwak, "Dia itu gak mati.." yang mungkin ga ditangkap telinga si kakak. Iya..dia gak mati didalam hati kami. Yaa..antara ada dan tiada. Dia tidak pergi tapi tidak disini.

Hooaaammm...nyaris tengah malam. Sa sudahi dulu yee.. Nanti ceritanya jadi ga nyambung sama yang cerita yang diatas kalo diterusin sampe lewat jam 23.59. Ok.ok..caps yuukk..

Template by:

Free Blog Templates