Monday, August 22, 2016

PRIA 23 AGUSTUS


23 Agustus, saat segala kerumitan menjadi menu utama untuk mengawali hari dan mengakhiri hari. Namun harga yang didapatkan cukup memuaskan. Tapi,mungkin berbeda menurut pria disudut sana. Pria dengan sisiran rapi, yang memiliki belahan didagunya, tulang pipi yang kokoh, dan ditutup dengan pandangannya yang sangat serius. Kemeja lengan panjangnya digulung hingga siku, namun aku bisa melilhat otot kuat dibaliknya. Aku bisa menangkap kegelisahannya. Sesekali pandangan kami bertemu, namun aku terlalu lihai mengalihkannya. Aku tidak tahu pasti apa yang sedang bercokol didalam kepalanya dan aku berusaha memangkas rasa penasaranku yang mulai tak tau arah. Bodohnya, aku pun mulai menerka-nerka. Tapi, aku layak membela diri untuk ini karena pupil matanya mengikuti setiap gerakan tubuhku. Punggungku sesekali menghangat seakan aku menanamkan sensor didalamnya. Hingga dia mulai tak acuh dengan sekitar dan dia terlihat sangat tertarik dengan telepon genggamnya.
Waktu sudah maju beberapa jam, namun kerumitan disini belum juga terselesaikan. Dan sebuah suara kecil dari telepon genggamku mengalihkanku sejenak. Yang kusaksikan disitu cukup membuat kerutan dikeningku sangat dalam dan bola mataku membesar. Dia? Dia yang tadi kan? Keherananku disempurnakan oleh senyuman dan tawa kecilku.
Langkah yang sangat berani. Dia melakukannya dengan yakin. Seakan-akan dia menaiki 5 anak tangga sekaligus. Keesokkan harinya dia menaiki 5 anak tangga yang lainnya. Selanjutnya dia menaiki 10 anak tangga dengan kemantapan yang luar biasa. Dia melakukanya penuh dengan rasa hormat.
23 Agustus, dia bermain dengan keberuntungannya. Tanpa ada campur tangan dari mana saja, kecuali Dewi Keberuntungannya. Benar-benar murni hasil usaha yang luar biasa. Langkah pasti tanpa melupakan etika dan rasa hormat. Tak mudah dia menemukanku dengan bermodalkan sepenggal nama. Sesekali dia salah sasaran. Sesekali dia kehabisan kata kunci. Sesekali juga dia terlihat gusar melihat saudara laki-lakiku yang dia terka sebagai pasanganku. Sebenarnya dia tak perlu melewati ini semua, mengingat kami banyak mengenal orang yang sama. Pertanyaan 23 Agustusku terjawab sudah. Dan aku adalah jawabannya, biarkan aku memuji diri sedikit.
Pria 23 Agustusku, yang mengajariku bertanggungjawab untuk setiap pilihan yang aku buat.

Sunday, August 21, 2016

Pria Gusarku

Menjelang senja saat siang dan malam bertemu tatap muka, dia bercerita denganku...
Dia, seseorang yang tingkat kegusarannya diatas rata-rata. Kegusaran yang sebenarnya adalah kekonyolan yang selalu berhasil tepat sasaran mengaduk-aduk geli isi perutmu. Kegusaran yang sebenarnya adalah kejujuran akan pengakuan rasa.
"Kita bukan baru saling melihat rupa, bukan juga baru mengenal. Kalau boleh sedikit hiperbola, nyaris setengah dari usiaku aku habiskan dengan melihatmu disekitarku. Namun kenapa baru belakangan ini kita seperti ini?", tanyaku sedikit menantang.
"Itu semua bukan mutlak kesalahanku sepenuhnya", sangkal tanpa basa basi.
"Haa...kau kelihatan seperti kehilangan garis startmu selama ini", jawabku sedikit tak selera.
"Bukan. Kita sebut saja aku mundur dari garis startku", aroma kegusaran mulai dapat aku curi dari setiap jeda ucapannya.
"Kau tau? Sesekali aku suka mendengarkan penjelasan akan suatu hal dan aku sedang memiliki sedikit waktu untuk itu. Kita sebut saja aku penasaran", balasku dengan sedikit nakal berharap dapat menjinakkan kegusaran pria dihadapanku ini.
"Dia, sebut saja namanya Mega, kira-kira beberapa tahun yang lalu mengatakan bahwa kau masih SMA. Dan aku sedang tidak berencana terlibat cinta monyet, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Aku mencari pendamping mengingat usiaku yang tiap detik terus merangkak naik", kegusaran itu sudah tak bisa disangkal lagi. Pelipis pria ini sedikit berkedut bahwa dia serius.
Maka tawaku mulai memekakkan telinganya saat itu juga. Binar matanya kali ini benar-benar menggelikan.
"Dengan usiamu yang sekarang, aku pantas menertawaimu untuk kepercayaanmu akan suatu pernyataan yang kebenarannya masih sangat diragukan. Sepertinya sikap tulusmu sedikit merepotkanmu yaa?", wajahku memerah karena tawa ini.
"Kau senang melakukan ini padaku", jawabnya sambil bersandar malas.
"Taruhan, pasti kau bertanya pada mereka yang notabene bukan orang yang punya andil dihidupku?", selidikku dengan kegelian yang terpancar dari binar mataku.
"Ntahlah. Tapi berita baiknya, kau hadir dijalan cerita hidupku tepat setelah aku berlutut dan berbincang-bincang dengan Tuhanku. Dan Dia sedikit berbelas kasih padaku dengan membawamu telat dihadapanku sekarang", kegusaran tadi sudah menguap tanpa jejak. Binar yang aku sudah hafal itu muncul lagi.
Ya, dia pria gusar konyol yang selalu punya alasan untuk bersyukur dan mengasihi.

M.C.S
Pria Gusarku
21st August,2016

Template by:

Free Blog Templates