Sunday, May 19, 2013

Mungkin ini yang disebut Simalakama


@        Khayalanku kembali ke hari itu. Hari dimana kelas sangat ribut meskipun tidak perlu menggunakan kata “sangat”, dan tiba-tiba pokok bahasan satu kelas membahas mengenai yang berbau asmara. Dan secara tak sadar aku ikut dalam perbincangan itu. Ikut mendengarkan tepatnya. Kemudian temanku yang bernama Agnes melontarkan suatu pertanyaan yang wajib dijawab penghuni kelas. Kira-kira pertanyaannya seperti ini, “Kalian lebih milih mana? Yang pertama tapi diduakan, atau yang kedua tapi selalu di utamakan?”. Sontak saja tawa nyaring keluar dari bibirku. Pertanyaannya tepat sasaran. Tak meleset satu milimeter pun.
          Bagaimana tidak, keadaan itu adalah keadaanku yang sekarang. Aku mendengarkan masing-masing jawaban mereka. Aku tidak ikut menjawab, Cuma nyumbang senyuman aja. Ternyata nyaris semua jawaban yang kudengar memilih keadaan yang kedua. Tawaku semakin nyaring. Sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku ketawa saat itu. Aku kembali mnedengarkan alasan mereka memilih keadaan itu. Tapi hanya satu alasan yang menarik perhatianku. Yaitu jawaban dari temanku yang cowo namanya Septian. Dia memberi alasan seperti ini, “Cobalah kita pikirkan, dia mendua pasti karena ada yang kurang dari pasangannya makanya dia mencari yang lain kan? Kata kasarnya,karena dia gak cinta sama pasangannya makanya dia mendua kan?”.
          Setelah mendengar alasan itu,aku sedikit terkesiap. Tidak. Iya. Tidak. Iya. Tidak. Aku seperti terombang-ambing sambil memikirkan keadaan yang kualami sekarang. Bisa tidak. Bisa iya. Aku mencoba menerka-nerka.

          Yaa...khayalan itu sampai disitu. Dan sekarang aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Kembali lagi aku harus tidak boleh mengikuti egoku. Aku mengerti posisiku sekarang. Aku sadar aku berdiri diantara siapa. Aku sadar kemungkinan-kemungkinan apa yang bakal aku hadapi kedepannya. Tapi ini masalah perasaan.

          Apa aku harus menentangnya? Kalau boleh jujur,kalau ada pilihan itu, dari awal aku akan menggunkan pilihan itu. Perasaanku mengalir tanpa ada hambatan sedikitpun. Meluncur seperti bola salju. Dan pengharapan-pengharapan itupun meluncur seperti bola salju juga. Tak ada pilihan lain selain berserah kepada Tuhan. Sekarang yang aku dan dia lakukan hanya mengikuti kata hati.

Template by:

Free Blog Templates