@ Khayalanku
kembali ke hari itu. Hari dimana kelas sangat ribut meskipun tidak perlu
menggunakan kata “sangat”, dan tiba-tiba pokok bahasan satu kelas membahas
mengenai yang berbau asmara. Dan secara tak sadar aku ikut dalam perbincangan
itu. Ikut mendengarkan tepatnya. Kemudian temanku yang bernama Agnes
melontarkan suatu pertanyaan yang wajib dijawab penghuni kelas. Kira-kira
pertanyaannya seperti ini, “Kalian lebih milih mana? Yang pertama tapi
diduakan, atau yang kedua tapi selalu di utamakan?”. Sontak saja tawa nyaring
keluar dari bibirku. Pertanyaannya tepat sasaran. Tak meleset satu milimeter
pun.
Bagaimana
tidak, keadaan itu adalah keadaanku yang sekarang. Aku mendengarkan masing-masing
jawaban mereka. Aku tidak ikut menjawab, Cuma nyumbang senyuman aja. Ternyata
nyaris semua jawaban yang kudengar memilih keadaan yang kedua. Tawaku semakin
nyaring. Sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku ketawa saat itu. Aku kembali
mnedengarkan alasan mereka memilih keadaan itu. Tapi hanya satu alasan yang menarik
perhatianku. Yaitu jawaban dari temanku yang cowo namanya Septian. Dia memberi
alasan seperti ini, “Cobalah kita pikirkan, dia mendua pasti karena ada yang
kurang dari pasangannya makanya dia mencari yang lain kan? Kata kasarnya,karena
dia gak cinta sama pasangannya makanya dia mendua kan?”.
Setelah
mendengar alasan itu,aku sedikit terkesiap. Tidak. Iya. Tidak. Iya. Tidak. Aku
seperti terombang-ambing sambil memikirkan keadaan yang kualami sekarang. Bisa
tidak. Bisa iya. Aku mencoba menerka-nerka.
Yaa...khayalan
itu sampai disitu. Dan sekarang aku hanya bisa menarik nafas dalam-dalam. Kembali
lagi aku harus tidak boleh mengikuti egoku. Aku mengerti posisiku sekarang. Aku
sadar aku berdiri diantara siapa. Aku sadar kemungkinan-kemungkinan apa yang
bakal aku hadapi kedepannya. Tapi ini masalah perasaan.
Apa aku
harus menentangnya? Kalau boleh jujur,kalau ada pilihan itu, dari awal aku akan
menggunkan pilihan itu. Perasaanku mengalir tanpa ada hambatan sedikitpun. Meluncur
seperti bola salju. Dan pengharapan-pengharapan itupun meluncur seperti bola
salju juga. Tak ada pilihan lain selain berserah kepada Tuhan. Sekarang yang
aku dan dia lakukan hanya mengikuti kata hati.